businessmails.biz best way to earn money

Senin, 14 September 2009

PAT GULIPAT SKANDAL CENTURY : ABU MA’ARIK ( PANJI GUMILANG ) DAN ROBERT TANTULAR

Berikut Tim NCC akan menurunkan 9 tulisan bersambung ;

1. Pundi – Pundi Sang Syekh Panji Gumilang

2. Dari CIC menuju Century ‘Cuci Uang Gaya NII’ di Pantau PPATK

3. Robert Tantular : Lobi Syakh Panji Gumilang menuju Istana (Watinpres)

4. Gadaikan Zaytun, pnji Gumilang Bawa Kabur Trilyunan Rupiah

5. Di Balik Aliran Dana Century, “Bagi-bagi untuk Pilpres dan Teroris Kerah Putih”

6. Gempa Datang, Sri Mulyani Balik Tuduh Cikeas Bermain

7. Nyanyian Pagi Susno Duaji: “Saya disadap KPK!”

8. Mission Imposible : Century Di Rampok Dalang NII KW9

9. Bargaining JK ‘Teriak Maling’ Bagi Dong Kursi Menteri

Pundi-Pundi Sang Syekh Panji Gumilang
Inilah salah satu pemilik Bank CIC: Panji Gumilang, pendiri Pondok Pesantren Al-Zaytun.

UNIK nian nama itu: Abu Ma’arik. Tapi janganlah dulu anggap remeh. Ini bukan nama penjual kambing di Tanah Abang. Jelas tertera di dokumen laporan pemeriksaan Bank Indonesia, bersama sejumlah institusi keuangan ternama semacam Bank Amex, Morgan Stanley, atau UBS AG, Abu Ma’arik adalah salah satu pemilik Bank CIC Internasional. Pada posisi per tanggal 30 Juni 2001, nama itu tercatat menguasai 3,16 persen saham CIC. Nilainya? Rp 7,6 miliar.
Siapa dia? Menurut sejumlah sumber tepercaya di Bank CIC, tak lain tak bukan dia adalah Abu Toto alias Syekh Abdus Salam Panji Gumilang, pendiri Pondok Pesantren Al-Zaytun seluas 1.200 hektare di Indramayu, Jawa Barat, yang juga diyakini merupakan pusat gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). “Saya pernah dua kali datang ke Al-Zaytun menemui Abu Ma’arik (Panji Gumilang ), orangnya ya sama dengan foto Panji Gumilang yang ada di koran-koran itu,” kata seorang staf CIC.
Sudah dua tahun ini rekening Panji Gumilang jadi pembicaraan khalayak ramai. Al-Zaytun dan NII KW9 bahkan dicap aliran sesat oleh Forum Ulama Umat di Jawa Barat. Selain dituduh telah menyempal dari akidah, kelompok ini juga dicurigai telah menggalang dana umat lewat cara-cara manipulatif. Berpuluh korban telah datang mengadu, merasa diperalat jaringan ini untuk mengumpulkan uang dalam jumlah yang mencengangkan.
Seorang komisaris besar polisi yang intensif mengintai gerakan ini, misalnya, mencatat tiap wilayah NII dalam sebulan menyetor sekitar Rp 7 miliar. Jurnal Van Zorge mencatat pendapatan Al-Zaytun mencapai Rp 162 miliar setahun.
Yang menarik, sebagian besar uang itu ternyata ditanamkan di Bank CIC. Data hasil penyelidikan Solidaritas Umat Islam untuk Korban NII KW9 Al Zaytun Abu Toto (SIKAT) menunjukkan, pada bulan Juni 2001, di Bank CIC Pusat dan kantor cabang Fatmawati, Jakarta, tercatat 27 bilyet deposito atas nama Abu Ma’arik dan YPI (Yayasan Pesantren Indonesia, pengelola Al-Zaytun) senilai Rp 26,8 miliar.
Dua tahun sebelumnya, tahun 2000, kata seorang mantan petinggi CIC yang pernah mengelola dana ini, jumlah totalnya mencapai lebih dari Rp 250 miliar. Belakangan nilainya terus menyusut hingga diperkirakan tinggal Rp 80 miliar saja. “Rekening Abu Ma’arik banyak menampung kiriman uang dari negara Timur Tengah,” ujarnya.
Panji memilih CIC sebagai pundi-pundinya setelah bersahabat dengan Robert Tantular, pemilik bank ini, sejak akhir 1990 lampau. Perkenalan mereka diawali pertemanan lama tangan kanan masing-masing: Sriyono, orang kepercayaan Robert dan Sekretaris Korporat CIC ketika itu, dan Syarwani, Ketua YPI yang juga disebut-sebut merupakan salah satu petinggi NII KW9.
Disatukan kepentingan saling menguntungkan, hubungan keduanya berlangsung seperti panci bertemu tutupnya. Klop. Robert membantu mengelola duit Panji, sebaliknya kucuran rupiah segar dari Al-Zaytun amatlah bermanfaat untuk menjaga kas CIC tetap segar-bugar. “Keduanya sudah seperti saudara,” kata sumber itu.
Sayang, Panji menolak memberikan penjelasan. “Pertanyaan itu terlalu mengada-ada dan tidak proporsional. Ini kan sangat rahasia, ditanya polisi pun kami belum tentu mau menjawab,” katanya melalui telepon seluler. Cuma, dalam sebuah wawancara dengan majalah ini beberapa waktu lalu, ia membantah punya nama alias Abu Ma’arik, “Saya nggak pernah punya nama-nama begitu.”

Robert pun menyangkal. Adapun Sriyono cuma menjawab pendek sebelum buru-buru mematikan telepon genggamnya, “Wah, nggak tahu saya.” Direktur Operasional CIC, Hamidi, juga menyatakan tak tahu ihwal saham Abu Ma’arik di banknya. Tapi ia mengakui ada deposito atas nama itu, meski menolak merincinya karena alasan kerahasiaan bank. Kalau soal Abu Ma’arik adalah nama lain Abu Toto alias Panji Gumilang? Hamidi spontan menjawabnya, “Pokoknya yang di Pesantren Al-Zaytun itu.”

Sumber : http://hackergirl85.wordpress.com/